Jawa adalah pulau yang banyak memiliki
gunung-gunung tinggi. Sebagian besar diantaranya adalah gunungapi (vulkan) yang
aktif. Van Bemmelen (1949) dalam bukunya The Geology of Indonesia, dan Neumann
Van Padang (1983) dalam History of the Volcanology in the Former Netherlands
East Indies menjelaskan terdapat 35 gunungapi aktif di Pulau Jawa. Sementara
itu Verstappen (2013) dalam bukunya Garis Besar Geomorfologi Indonesia
menjelaskan lebih lanjut bahwa diantara vulkan-vulkan aktif Pulau Jawa, 23
diantaranya termasuk dalam tipe A. Gunungapi di Pulau Jawa beberapa diantaranya
menjulang tinggi hingga mencapai 3.000-an meter diatas permukaan laut. Menurut
catatan Verstappen, terdapat empat belas gunungapi di Indonesia yang mempunyai
ketinggian lebih dari 3.000 mdpal, 10 diantaranya terdapat di Pulau Jawa, 4
lainnya adalah Gunung Kerinci dan Dempo (Sumatra), Gunung Agung (Bali), dan
Gunung Rinjani (Lombok).
Pemandangan Gunung Ciremai dari base camp Palutungan, Kabupaten Kuningan (Dok. MPA Mahameru, 2016) |
Kedudukan Pulau Jawa yang berada
pada zona subduksi antara lempeng Asia Tenggara dengan Lempeng Eurasia
menyebabkan tingkat vulkanisme tinggi. Vulkanisme inilah yang menyebabkan Pulau
Jawa memiliki relief kasar dengan gunung-gunung tinggi. Pannekoek (1949)
menjelaskan bahwa dengan vulkanisme yang aktif ini, Pulau Jawa dapat
mempertahankan reliefnya dari proses denudasi yang cepat dan kuat akibat
pengaruh iklim tropis dengan temperatur udara dan curah hujan tinggi. Apabila
kita membuat daftar 15 puncak tertinggi di Pulau Jawa, maka seluruhnya akan
kita jumpai berada pada ketinggian di atas 2.600 mdpal, yaitu sebagai berikut:
1.
Gunung Semeru, Jawa Timur (3676 mdpal)
2.
Gunung Slamet, Jawa Tengah (3428 mdpal)
3.
Gunung Sumbing, Jawa Tengah (3371 mdpal)
4.
Gunung Arjuno-Welirang, Jawa Timur (Puncak
Arjuno 3339 mdpal, Puncak Welirang 3156 mdpal)*
5.
Gunung Raung, Jawa Timur (3332 mdpal)
6.
Gunung Lawu, Jawa Tengah-Jawa Timur (3265 mdpal)
7.
Gunung Sindoro, Jawa Tengah (3153 mdpal)
8.
Gunung Merbabu, Jawa Tengah (3142 mdpal)
9.
Gunung Argopuro, Jawa Timur (3088 mdpal)
10.
Gunung Ciremai, Jawa Barat (3078 mdpal)
11.
Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat (Puncak
Pangrango 3019 mdpal, Puncak Gede 2958 mdpal)*
12.
Gunung Merapi, Jawa Tengah-DIY (2911 mdpal)
13.
Gunung Cikuray, Jawa Barat (2818 mdpal)
14.
Gunung Papandayan, Jawa Barat (2665 mdpal)
15.
Gunung Kawi, Jawa Timur (2651 mdpal)
Catatan (*) dua gunung letaknya
berhimpitan sehingga satuan morfologi kaki gunungapi dan dataran kaki gunungapi
beserta tekuk lerengnya absen di beberapa bagian.
Dalam konsep Triarga Jawadwipa yang
diajukan MPA Mahameru melalui ekspedisi TAJSEM 2016, dengan mengacu pada
pembagian geomorfologi Pulau Jawa menurut Pannekoek (1949), terdapat tiga
puncak tertinggi di tiga wilayah geomorfologi Pulau Jawa yaitu Puncak Semeru
(3676 mdpal) sebagai puncak tertinggi di Jawa Bagian Timur, Puncak Slamet (3428
mdpal) sebagai puncak tertinggi di Jawa Bagian Tengah, dan Puncak Ciremai (3078
mdpal) sebagai puncak tertinggi di Jawa Bagian Barat. Dilihat dari
kedudukannya, Gunung Slamet dan Gunung Ciremai secara kebetulan terletak
berdekatan tanpa dipisahkan oleh gunung lain.
Sebagai gunung “bertetangga” yang letaknya
berdekatan, kedua gunung ini memiliki beberapa kemiripan khususnya pada
karakteristik fisik yang dipengaruhi oleh kondisi iklim. Kedua gunung ini
berada di daerah dengan curah hujan relatif tinggi di Jawa Bagian Barat karena
dipengaruhi oleh monsun yang bergerak dari barat akibat pengaruh gaya coriolis
ketika memasuki Kepulauan Indonesia.
Karakteristik hutan gunung Slamet (kiri) dan gunung Ciremai (kanan) Doc. MPA Mahameru 2016 |
Curah hujan tinggi juga berpengaruh terhadap
proses geomorfologi terutama pelapukan dan erosi. Pelapukan berlangsung dalam
bentuk dekomposisi secara intensif dibawah pengaruh suhu udara dan curah hujan
tinggi. Hasil pelapukan kemudian berkembang menjadi tanah yang di beberapa
bagian mengalami erosi akibat aliran permukaan.
Tipe erosi yang dijumpai
bervariasi antara erosi lembar hingga erosi parit. Jenis vegetasi yang terdapat
di dalam hutan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanah, namun untuk
memperoleh keterangan lebih lengkap perlu dengan kajian lebih mendalam.
erosi pada gunung Slamet (kiri) dan pada gunung Ciremai (kanan) Doc. MPA Mahameru 2016 |
Sebagai vulkan aktif, kedua vulkan ini
juga memiliki kesamaan dari segi bentuklahan. Secara umum bentuklahan yang
dijumpai meliputi kepundan, kerucut gunungapi, lereng gunungapi, kaki
gunungapi, dan dataran kaki gunungapi. Kepundan merupakan fasies sentral
sebagai pusat aktivitas vulkan, di kedua gunung ditandai dengan kawah yang luas
dan dalam.
Bagian atas merupakan fasies piroksimal terbentuk dari material
lava, bagian tengah merupakan fasies medial terbentuk dari material piroklastik,
sedangkan bagian bawah merupakan fasies distal yang terbentuk dari material
lahar. Namun demikian walaupun memiliki banyak kesamaan, terdapat pula kekhasan
pada kedua gunung ini yang selengkapnya akan dideskripsikan pada laporan
perjalanan lapangan mendatang.
Kawah gunung Ciremai (Doc. MPA Mahameru 2016) |
0 komentar:
Posting Komentar