Dalam ekspedisi Tajsem 2016,
seorang summiter mendapatkan dua tugas sekaligus yaitu misi melakukan pendakian
hingga mencapai puncak triarga dan misi melakukan penelitian yang meliputi
aspek abiotik, biotik, dan cultural. Dari pengamatan aspek abiotik yang kami
lakukan di Gunung Ciremai kami mendapatkan data yang cukup menarik seputar
edelweiss di bawah Puncak Ciremai, tepatnya di Pos Goa Walet yang merupakan pos
terakhir sebelum puncak dari rute pendakian melalui Jalur Palutungan maupun
Jalur Apuy. Informasi mengenai edelweis selalu menarik. Mengapa demikian?
Karena edelweis merupakan salah satu ikon dari pendakian gunung tinggi, dimana seorang pendaki yang telah berjuang keras mendaki ke atas biasanya akan mendapatkan “bonus” pemandangan padang edelweis yang indah.
"Catatan tambahan, keindahan edelweis tidak dijumpai di bawah tegakan hutan ketika seorang pendaki masih berada di awal perjalanan".
Edelweiss merupakan tanaman
perintis yang banyak dijumpai pada kerucut gunungapi. Vegetasi ini dapat hidup
pada endapan lava, piroklastik, abu, lahar, dan laut pasir, di sekitar wilayah
puncak. Menurut Van Steenis (2010) dalam bukunya “Flora Pegunungan Jawa”,
terdapat beberapa jenis anaphalis antara lain Anaphalis javanica, Anaphalis viscida, Anaphalis
longifolia, dan Anaphalis maxima. Anaphalis javanica merupakan tumbuhan pionir
berumur panjang pada endapan abu vulkanik, tanah kawah. Ciri-cirinya adalah
perdu berbulu putih, bercabang lebat, sering bengkok-bengkok, tinggi hingga
empat meter, batang sebesar pergelangan tangan, ranting-ranting berdaun kering
putih kelabu, pada ujung atasnya terdapat daun yang mengumpul dan
bonggol-bonggol bunga putih melimpah. Seringkali tumbuh mengelompok pada lahan
tidak subur, lereng berpasir atau berbatu, terutama di kawah, dan tidak terlalu
membutuhkan tanah.
Anaphalis viscida mirip dengan
Anaphalis javanica, tetapi daunnya hijau tanpa lapisan putih, lengket karena
berbulu kelenjar, dan bonggol bunga lebih besar. Anaphalis longifolia, tegak
bercabang kadang-kadang pangkalnya agak berkayu, tinggi hingga 1,5 meter.
Batang dan permukaan bawah daun putih, jarang kekuningan, bunga atas hijau bila
masih segar. Anaphalis maxima dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 3 meter,
lebat, bercabang banyak, berkayu di pangkalnya berbulu keputih-putihan tetapi
hijaunya daun terlihat. Jenis ini hanya dijumpai di beberapa gunung.
Mengacu pada keterangan Van
Steenis, kami menjumpai Anaphalis javanica dan Anaphalis viscida di sekitar Pos
Gua Walet. Sekilas memang agak sulit dibedakan karena kedua jenis edelweiss ini
sangat mirip, hanya dibedakan oleh keberadaan lapisan putih yang menyelimuti
daun.
Gua Walet sendiri di beberapa sumber disebutkan sebagai bekas titik
erupsi. Wilayah Gua Walet memiliki ketinggian sekitar 2900 mdpal, berjarak
sekitar 30 menit perjalanan mendaki dari Puncak Ciremai. Dengan material
penyusun berupa bebatuan hasil erupsi dengan sangat sedikit tanah, ditambah
dengan pengaruh kadar keasaman kawah, praktis hanya jenis vegetasi perintis
yang dapat pertahan hidup di wilayah ini.
Jenis Anaphalis cukup banyak dijumpai
selain cantigi (Vaccinium varingiaefolium). Umumnya edelweiss tumbuh
bergerombol, beberapa diantaranya tumbuh tinggi hingga mencapai lebih dari 2
meter dan berbatang keras sebesar pergelangan tangan.
Bunga-bunga edelweiss yang telah
mekar sempurna berwarna putih kekuningan berpadu dengan bunga cantigi dan
daunnya yang berwarna kemerahan. Sesekali kabut datang kemudian tersingkap
kembali menghadirkan panorama langit biru di pagi hari, ditambah dengan
pemandangan hutan hujan tropis dan kawasan perkotaan di area bawah menambah
suasana yang indah, nyaman, dan tenang di Gua Walet. Bagaimana, anda tertarik
mengunjunginya?
0 komentar:
Posting Komentar