Minggu, 07 Agustus 2016

ANAPHALIS JAVANICA DAN ANAPHALIS VISCIDA, PENJAGA KEHENINGAN GOA WALET CIREMAI




Dalam ekspedisi Tajsem 2016, seorang summiter mendapatkan dua tugas sekaligus yaitu misi melakukan pendakian hingga mencapai puncak triarga dan misi melakukan penelitian yang meliputi aspek abiotik, biotik, dan cultural. Dari pengamatan aspek abiotik yang kami lakukan di Gunung Ciremai kami mendapatkan data yang cukup menarik seputar edelweiss di bawah Puncak Ciremai, tepatnya di Pos Goa Walet yang merupakan pos terakhir sebelum puncak dari rute pendakian melalui Jalur Palutungan maupun Jalur Apuy. Informasi mengenai edelweis selalu menarik. Mengapa demikian? Karena edelweis merupakan salah satu ikon dari pendakian gunung tinggi, dimana seorang pendaki yang telah berjuang keras mendaki ke atas biasanya akan mendapatkan “bonus” pemandangan padang edelweis yang indah.





"Catatan tambahan, keindahan edelweis tidak dijumpai di bawah tegakan hutan ketika seorang pendaki masih berada di awal perjalanan".

Edelweiss merupakan tanaman perintis yang banyak dijumpai pada kerucut gunungapi. Vegetasi ini dapat hidup pada endapan lava, piroklastik, abu, lahar, dan laut pasir, di sekitar wilayah puncak. Menurut Van Steenis (2010) dalam bukunya “Flora Pegunungan Jawa”, terdapat beberapa jenis anaphalis antara lain Anaphalis javanica, Anaphalis viscida, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis maxima. Anaphalis javanica merupakan tumbuhan pionir berumur panjang pada endapan abu vulkanik, tanah kawah. Ciri-cirinya adalah perdu berbulu putih, bercabang lebat, sering bengkok-bengkok, tinggi hingga empat meter, batang sebesar pergelangan tangan, ranting-ranting berdaun kering putih kelabu, pada ujung atasnya terdapat daun yang mengumpul dan bonggol-bonggol bunga putih melimpah. Seringkali tumbuh mengelompok pada lahan tidak subur, lereng berpasir atau berbatu, terutama di kawah, dan tidak terlalu membutuhkan tanah.

Anaphalis viscida mirip dengan Anaphalis javanica, tetapi daunnya hijau tanpa lapisan putih, lengket karena berbulu kelenjar, dan bonggol bunga lebih besar. Anaphalis longifolia, tegak bercabang kadang-kadang pangkalnya agak berkayu, tinggi hingga 1,5 meter. Batang dan permukaan bawah daun putih, jarang kekuningan, bunga atas hijau bila masih segar. Anaphalis maxima dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 3 meter, lebat, bercabang banyak, berkayu di pangkalnya berbulu keputih-putihan tetapi hijaunya daun terlihat. Jenis ini hanya dijumpai di beberapa gunung.
Mengacu pada keterangan Van Steenis, kami menjumpai Anaphalis javanica dan Anaphalis viscida di sekitar Pos Gua Walet. Sekilas memang agak sulit dibedakan karena kedua jenis edelweiss ini sangat mirip, hanya dibedakan oleh keberadaan lapisan putih yang menyelimuti daun. 

Gua Walet sendiri di beberapa sumber disebutkan sebagai bekas titik erupsi. Wilayah Gua Walet memiliki ketinggian sekitar 2900 mdpal, berjarak sekitar 30 menit perjalanan mendaki dari Puncak Ciremai. Dengan material penyusun berupa bebatuan hasil erupsi dengan sangat sedikit tanah, ditambah dengan pengaruh kadar keasaman kawah, praktis hanya jenis vegetasi perintis yang dapat pertahan hidup di wilayah ini. 

Jenis Anaphalis cukup banyak dijumpai selain cantigi (Vaccinium varingiaefolium). Umumnya edelweiss tumbuh bergerombol, beberapa diantaranya tumbuh tinggi hingga mencapai lebih dari 2 meter dan berbatang keras sebesar pergelangan tangan.

Bunga-bunga edelweiss yang telah mekar sempurna berwarna putih kekuningan berpadu dengan bunga cantigi dan daunnya yang berwarna kemerahan. Sesekali kabut datang kemudian tersingkap kembali menghadirkan panorama langit biru di pagi hari, ditambah dengan pemandangan hutan hujan tropis dan kawasan perkotaan di area bawah menambah suasana yang indah, nyaman, dan tenang di Gua Walet. Bagaimana, anda tertarik mengunjunginya?

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 TAJSEM 2016 | Designed With By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates
Scroll To Top