Kalimat diatas adalah petikan
pernyataan dari Junko Tabei, wanita pertama yang mampu mendaki hingga atap
dunia di Puncak Everest pada tahun 1975. Seakan memberikan tantangan kepada
generasi sekarang: “pergilah mendaki gunung untuk belajar, sebagaimana yang
dilakukan oleh para pelopor”. Telah sejak lama manusia mengenal gunung,
menghormati dan memitoskannya, bahkan ingin belajar dari penjelajahan di gunung.
Para pendaki senior yang telah mencapai puncak-puncak tertinggi dan tersulit
pun umumnya juga menyatakan serupa, pendakian bukan untuk menaklukkan gunung,
tetapi untuk belajar dan lebih menghargai banyak hal dalam kehidupan.
Dengan latar belakang dan tujuan
yang beragam, toh pada akhirnya setiap pendaki yang mampu menyelesaikan misinya
akan memperoleh kemasyhuran. Namanya dicatat dalam lembar sejarah dan dikenang
hingga banyak generasi setelahnya. Kegiatan pendakian gunung semakin hari semakin
diminati, menyebar ke seluruh dunia dan melahirkan banyak pendaki-pendaki
profesional. Sementara itu masyarakat juga selalu menunggu cerita-cerita
penjelajahan dari berbagai belahan dunia dengan kondisi lingkungan sama sekali
berbeda dengan tempat hunian mereka. Suatu tempat di belahan dunia yang lain,
yang jauh, yang aneh, yang begitu menyulitkan untuk didatangi.
Ketika pendakian gunung semakin
berkembang, maka muncullah kemudian ide-ide untuk menciptakan model pendakian
yang tidak biasa, lebih menantang, sekaligus membawa kita untuk mengunjungi dan
mendaki gunung di berbagai tempat. Gunung-gunung itu disatukan dalam “paket”
yang telah ditentukan klasifikasinya. Sehingga satu keberhasilan adalah awal
dari perjalanan berikutnya dalam upaya menggenapi seluruh bagian dalam paket
itu. Semacam grand slam kalau
kejuaraan tenis, begitulah kira-kira. Mendaki di berbagai belahan dunia tentunya
tidak hanya semata menjelajahi gunung di tempat lain, tetapi akan membawa kita
untuk mengenal bangsa lain, mempelajari kebudayaan yang lain, serta memperluas
wawasan dan memperkaya pengetahuan kita.
atas : Richard “Dick” Bass kebangsaan Amerika Serikat penggagas 'grand slam' (sumber : Patrick Morrow kebangsaan Kanada sumber (sumber : http://bungalobooks.com/) |
Lalu bagaimana ide paket grand
slam itu mula-mula muncul? Konon semuanya berawal dari Richard “Dick” Bass,
seorang pengusaha di Amerika Serikat yang kaya raya dan hobi mendaki gunung.
Setelah banyak pendakian dilewatinya, muncullah ide untuk membangun suatu
konsep mendaki gunung di berbagai tempat di belahan dunia. Kita sekarang
mengenalnya sebagai seven summits, pendakian ke puncak-puncak tertinggi di
tujuh benua yaitu Everest 8850 mdpal (Asia), Aconcagua 6962 mdpal (Amerika
Selatan), Denali 6194 mdpal (Amerika Utara), Kilimanjaro 5895 mdpal (Afrika), Elbrus
5642 mdpal (Eropa), Vinson Massif 4897 mdpal (Antartika), dan Carstensz Pyramid
4884 mdpal (Oceania) atau Kosciusko 2228 mdpal (Australia). Rudy Badil dan Sani
Handoko[1]
dalam tulisannya menyebutkan Dick Bass mendapat ide mendaki ketujuh puncak
dunia setelah mendaki Gunung McKinley (Denali) di Alaska. Pikirannya terganggu
sekali untuk mendaki dan mendaki lagi. Pada tahun 1981 Bass berkenalan dengan
Frank Wells, salah seorang pemimpin di perusahaan internasional film besar
Warner Brothers. Baas dan Wells kemudian menyusun rencana pendakian seven
summits. Mereka bahkan sempat mengajak Reinhold Messner untuk bergabung dalam
proyek itu, tetapi ternyata Messner sudah menyusun daftar seven summits
versinya sendiri dengan memasukkan Carstensz Pyramid di Papua daripada Puncak
Kosciusko di Australia seperti dalam daftar yang disusun Bass. Dalam versi
Messner, Carstensz Pyramid dimasukkan dalam daftar karena letaknya masih berada
pada lempeng Australasia.
Dick Bass pada akhirnya menjadi
seven summiter pertama setelah menyelesaikan pendakian Everest pada tanggal 30
April 1985. Sementara itu untuk versi Messner, Seven Summits pertama kali
diselesaikan oleh Patrick Morrow dari Kanada pada tanggal 5 Agustus 1986.
Menurut situs 7summits.com, hingga Bulan Juni 2016 tercatat telah ada 409
pendaki yang menyelesaikan seven summits, jumlah yang diperoleh dari
penggabungan Carstenz Pyramid dan Kosciusko sekaligus. Seven summits versi
Messner dengan Puncak Carstensz Pyramid telah diselesaikan oleh 286 pendaki,
sedangkan versi Puncak Kosciusko diselesaikan 259 pendaki. Sebanyak 145 pendaki
menyelesaikan Puncak Carstensz Pyramid sekaligus Puncak Kosciusko. Dalam daftar
summiteers juga tercatat terdapat 71 pendaki wanita, dan 8 pendaki yang
menyelesaikan seven summits tanpa bantuan tabung oksigen. Pencapaian luar biasa
yang dimotori oleh sang dewa gunung, Reinhold Messner.
Reinhold Messner (sumber : www.micheldestot.fr/) |
Sirkuit pendakian grand slam tidak
hanya seven summits. Dalam dunia pendakian gunung juga dikenal seri 14 Eight
Thousanders yaitu 14 puncak dunia yang ketinggiannya diatas 8000 mdpal. Semua
puncak terletak di Pegunungan Himalaya (dan Karakoram) sehingga sering disebut
sebagai The Crowns of Himalayas. 14
Puncak itu adalah Everest (8850 mdpal), K2 (8611 mdpal), Kangchenjunga (8586
mdpal), Lhotse (8516 mdpal), Makalu (8485 mdpal), Cho Oyu (8201 mdal),
Dhaulagiri I (8167 mdpal), Manaslu (8163 mdpal), Nanga Parbat (8126 mdpal),
Annapurna I (8091 mdpal), Gasherbrum I (8080 mdpal), Broad Peak (8051 mdpal),
Gasherbrum II (8035 mdpal), dan Shishapangma (8027 mdpal).
Jika seven summits identik dengan
“persaingan” antara Dick Bass dengan Patrick Morrow untuk menjadi yang pertama
kali menyelesaikan paket itu, maka 14 Eight Thousanders lakonnya adalah
Reinhold Messner dengan Jerzy Kukuczka. Dalam situs wikipedia disebutkan, pada
akhirnya Messner (yang memang memulai lebih awal) menjadi yang pertama
menyelesaikan seluruh dari 14 Eight Thousanders antara 1970-1986, kemudian
Kukuczka (1979-1987). Prestasi Messner di 14 Eight Thousanders adalah pendakian
tanpa bantuan tabung oksigen, termasuk beberapa pendakian solo. 14 Eight
Thousanders adalah gunung-gunung berbahaya. Majalah National Geographic pernah
memuat profil petualangan Reinhold Messner dimana dalam pendakiannya di Nanga
Parbat, yang merupakan awal penjelajahannya di Eight Thousanders, ia kehilangan
adik laki-lakinya Gunther Messner dan 7 jari kakinya diamputasi karena
frostbite. Sejarah ekspedisi ke Eight Thousanders sebenarnya telah dimulai jauh
sejak sebelum Messner datang, yaitu ketika Gunther Oskar Dyhrenfurth kembali
dari kespedisinya di Jongsang Peak pada tahun 1930. Situs www.8000ers.com, mencatat ada 34 pendaki yang
menyelesaikan Eight Thousanders termasuk Messner dan Kukucka.
[1]
Lihat: Rudy Badil dan Sani Handoko (ed), 2011. Pucuk Es di Ujung Dunia:
Pendakian Puncak 7 Benua. Jakarta: KPG.
0 komentar:
Posting Komentar